SELASARSURABAYA – Persebaya Surabaya kembali menelan kekalahan di lanjutan Liga 1 2024/2025. Kalah tigal tanpa balas dari tuan rumah Barito Putera di Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, Sabtu (25/1/2025) malam.
Kekalahan keempat beruntun musim ini yang dialami Bajol Ijo. Sebelumnya dikalahkan oleh Bali United di tempat yang sama pada akhir putaran pertama. Kemudian PSS saat away di Solo, dan dibikin malu Malut United di GBT.
Gol Barito sendiri dicetak seorang Matias Mier yang mencetak hattrick di menit ke-8’, 23’, dan 90+5’. Padahal Barito baru saja memecat Rahmat Darmawan tiga jam sebelum laga. Digantikan oleh Frans Sinatra Huwae sebagai caretaker.
Bagaimana ulasan jalannya pertandingan di mata Kukuh Ismoyo, Arek Bonek Sukodono? Berikut rangkumannya.
Babak Pertama
Sisi Alfan Suaib dihajar tanpa ampun. Sebenarnya kalau mau mengakomodir Alfan untuk kuota U23, mestinya lebih aman dia sebagai Winger saja, sebab itu role naturalnya. Ketimbang memaksakan jadi full back dan hancur dibombardir Barito Putera.
Ini pula yang menyebabkan lini belakang Persebaya kelimpungan karena Alfan yang terekam sering sekali hilang posisi saat melakukan covering. Permainan yang payah.
Umpan-umpan pendek yang tidak cermat, eh, umpan-umpan panjang juga gak ada yang menemukan sasarannya. Koordinasi lini tengah sangat buruk.
Gilson – Mo Rashid yang bekerja sama dengan Malik Risaldi (ia sepertinya didapuk sebagai suksesor Rivera) tidak berjalan mulus. Tanpa Rivera Persebaya benar-benar seperti anak itik kehilangan induknya.
Bingung karepe Dewe, dan tidak tahu apakah yang harus dilakukan baik saat menyerang ataupun saat membantu pertahanan!
Sementara di lini depan, sering terjadi clash sendiri antara Dejan Tumbas dan Flavio. Seringkali keduanya bertumbukan posisinya.
Bruno? Yah begitulah…
Babak Kedua
Permainan babak kedua sebenarnya tetep gak jelas. Hanya long ball, direct pass, atau crossing dari sayap yang gak pernah menemui pemain dengan baik. Pragmatisme apaan? Ini mah ngaco mainnya.
Barito Putera di babak ini sebenarnya gak bernafsu menyerang secara sporadis, hanya menunggu untuk melakukan counter attack saja. Dan betul saja, beberapa peluang emas tercipta dari counter attack cepat, termasuk gol ketiga mereka.
Sementara Arek-arek Green Force bingung harus bagaimana. Tidak ada pemain yang menjadi jendral lapangan untuk membagi pola dan melakukan playmaking. Buntu total.
Serangan dari sisi Flank yang dihuni Bruno dan Malik Risaldi sudah banyak diketahui klub klub Liga 1 lainnya. Di babak ini, Barito cukup menyuruh full back mereka agar fokus saja memperhatikan pertahanan ketimbang melakukan serangan.
Semata untuk mencegah Flank Persebaya menggila. Dan berhasil. Persebaya mati kutu dari berbagai lini.
Hanya kehilangan seorang Fransesco Rivera saja membuat Persebaya benar-benar seperti klub bola amatir yang tidak tahu bagaimana harus bermain. Munster sepertinya tak juga tahu apa yang terjadi pada Persebaya.
Empat kali kalah secara beruntun harusnya sudah jadi ketukan palu untuk mengkaji kinerja Paul Munster yang ‘mbundeli’ dalam mengurai benang kusut atas apa yang terjadi pada timnya.
Apakah sudah saatnya untuk #MunsterOut?(djo)