SELASARSURABAYA – Isra Mi’raj memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Islam di Indonesia. Dalam sejarahnya, Isra Mi’raj merupakan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, yang kemudian naik ke langit untuk menerima perintah salat lima waktu.
Menurut Biandro Wisnuyana, Dosen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR), peringatan Isra Mi’raj mengingatkan umat pada perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW serta pentingnya melaksanakan shalat lima waktu.
“Bukti bahwa Isra Mi’raj sangat penting bagi masyarakat dapat kita lihat dari pengakuan perayaan ini sebagai hari libur nasional, serta berbagai kegiatan, seperti doa bersama, khutbah, dan ceramah keagamaan di masjid. Perayaan ini dapat menjadi momen bagi umat islam untuk mempererat hubungan sosial masyarakat melalui berbagai tradisi unik yang memperkaya khasanah budaya islam di Indonesia,” ungkap Biandro.
Beragam Tradisi di Indonesia
Indonesia memiliki berbagai tradisi unik dalam memperingati Isra Mi’raj. Biandro menyoroti beberapa tradisi lokal, seperti Nyadran di Jawa Tengah, Rajaban di Cirebon, Nganggung di Bangka Belitung, dan Ambengan di Jawa Timur.
“Tradisi-tradisi ini tidak hanya merepresentasikan nilai-nilai keislaman, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya Indonesia,” ujarnya.
Biandro menyebut, tradisi ini dapat menjadi cerminan keberagaman yang memperkuat identitas budaya Islam di Indonesia. Selain itu, ia mengungkapkan bahwa tradisi pembacaan doa bersama, ceramah keagamaan, hingga kegiatan amal dan pawai obor juga dapat mempererat hubungan sosial masyarakat.
“Bagi masyarakat Indonesia, peringatan Isra Mi’raj bukan sekadar ritual, melainkan juga momen penting untuk meneguhkan persatuan di tengah keragaman budaya dan agama,” ucap Biandro.
Melestarikan Tradisi di Era Modernisasi
Biandro menekankan pentingnya melestarikan tradisi Isra Mi’raj di tengah arus globalisasi dan modernisasi. Menurutnya, tradisi ini memiliki peran besar dalam menjaga identitas keislaman dan budaya lokal.
”Peringatan ini juga menjadi momen berkumpul yang penting untuk memperkuat hubungan sosial di era yang cenderung individualistik akibat perkembangan teknologi,” jelas Biandro.
Selain itu, peringatan Isra Mi’raj juga dapat menjadi sarana untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi dan keberagaman. Biandro mengungkapkan, keberagaman tradisi dalam perayaan Isra Mi’raj menunjukkan pentingnya menghargai perbedaan.
“Hal ini sangat relevan untuk menjaga harmoni di masyarakat majemuk, seperti Indonesia,” ungkapnya.
Biandro turut menyampaikan pesan kepada generasi muda dalam memperingati Isra Mi’raj. Ia mengajak generasi muda untuk menjaga dan melestarikan tradisi keislaman serta nilai-nilai budaya lokal.
”Jadilah generasi yang berintegritas, berakhlak mulia, dan peduli terhadap masyarakat sekitar. Selain itu, teruslah menjaga persatuan di tengah keberagaman dengan mempromosikan toleransi dan keharmonisan,” pesannya.(djo)